Kamis, 23 Februari 2017

Efek Samping Penggunaan Headphone


  Pada waktu kita merasa jenuh dan bosan karena tidak ada kegiatan, kita seringkali mengalihkan perhatian kita dari dunia dan memfokuskan untuk menenangkan diri mendengar musik favorit kita. Dengan cara yang beragam untuk mendengarkan musik, penggunaan headphone adalah yang paling favorit. Tanpa sadar kita telah menurunkan kemampuan pendengaran kita dengan penggunaan hedphone secara berlebihan.
Beberapa orang bahkan tidak memikirkan lebih jauh bagaimana efek samping dari penggunaan headphone ini. Untuk itu saya akan coba membahas tentang beberapa efek samping dan saran penanggulangan bahaya penggunaan headphone secara berlebihan.

Mana yang Lebih Buruk Dampaknya, Earphone atau Headphone?

GAMBAR HEADPHONE
Sangat jelas pastilah earphone yang lebih buruk dampaknya. Karena earphone yang bentuknya kecil ini akan lebih rapat menutup telinga kamu ketimbang headphone yang hanya menutup telinga di bagian luarnya saja. Sebelum saya membahas apa saja berbagai efek sampingnya, akan saya beri penjelasan terlebih dahulu ya. Kebiasaan kita yang satu ini tanpa kita sadari dapat menjadikan telinga cedera. Hal ini dapat terjadi jika kita menggunakan headphone dengan volume yang tinggi. Berdasarkan penelitian, efek buruk datang jika menggunakan earphone selama lima jam dalam seminggu. Dampaknya adalah kerusakan permanen pada telinga, kemungkinan terbesar hal itu terjadi pada usia muda.
Gambar Earphone
Saat ini mungkin dampaknya belum terlihat, namun kelak akan terasa. Mendengarkan pemutar musik personal secara reguler dalam volume tinggi ketika muda sering kali tidak berdampak pada pendengaran. Namun, kelak kemampuan mendengar bisa menghilang", jelas salah seorang peneliti pada International Herald Tribune.
Nah lhooo... masih mau pakai headphone dengan volume tinggi? Apalagi bagi kamu yang menggunakan headphone pada tempat umum, lebih beresiko daripada kamu menggunakan headphone pada tempat yang tenang dan jauh dari keramaian lho. Pastinya saat kamu berada di keramaian tingkat volume akan lebih tinggi dari pada kamu berada di tempat yang jauh dari keramaian kan?

Lantas apa saja dampak negatif penggunaan earphone/headphone Secara Berlebihan?

1. Kerusakan permanen pada telinga

Kamu bisa mengalami hal ini jika telinga kamu sudah tidak kuat lagi menahan tingginya tingkat volume pada headphone kamu. Terlebih jika kamu menggunakan earphone (yang kecil). Akan berdampak lebih buruk tentunya karna tipe earphone lebih menutup telinga sehingga telinga kamu akan sangat rapat dan kedap terhadap suara di luar.

2. Kehilangan pendengaran di usia 20-an

Berdasarkan penelitian, efek penggunaan earphone atau headset yang berlebih ini memang tidak akan langsung terasa akibatnya. Kerusakan pendengaran jika menggunakan headset atau earphone yang berlebihan ini akan muncul secara perlahan. Biasanya efek akan mulai terasa di usia 20-an. Di usia itu si penderita akan mulai kehilangan pendengarannya.

3. Kerusakan otak

Gelombang elektromagnetik akibat earphone atau headset ini diduga berpengaruh terhadap listrik otak. Terbukti gelombang elektromagnetik ini berpengaruh pada listrik otak seekor tikus. Namun, hingga saat ini belum diketahui seberapa besar efek dari gelombang elektromagnetik itu pada otak manusia. Tapi yang jelas kamu harus tetap waspada ya.

4. Pengaruh ke ambang pendengaran

Paparan musik dengan earphone atau headset dapat mempengaruhi ambang pendengaran manusia. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, penurunan pendengaran akan berlangsung secara perlahan jika kamu menggunakan headphone ataupun earphone dengan volume yang tinggi dan dalam waktu yang lama. Untuk itu kamu harus menggunakan earphone atau headset ini sesuai kebutuhan saja, jangan berlebih. Mengenai tingkat suara, suara tingkat ringan untuk dewasa berada antara 25 hingga 40 desibel, sedangkan anak-anak 20 hingga 40 desibel. Bertingkat semakin tinggi hingga suara terberat berkualitas 90 desibel atau lebih yang masih dapat didengar.

5. Menyebabkan jerawat pada area sekitar telinga

Pada beberapa kasus, banyak orang yang mengaku berjerawat di area sekitar telinga. Memang sepertinya bukan jerawat tapi mirip seperti jerawat karna akan terasa sakit bila ditekan.

Lalu Bagaimana Pencegahannya?

PERTAMA
masukkan deskripsi gambar disini
Hindari penggunaan headphone di tempat yang ramai karena otomatis kamu akan meningkatkan volume melebihi ambang batas karena suara bising di luar.
KEDUA
masukkan deskripsi gambar disini
Batasi penggunaan earphone ataupun headphone. Pastinya kamu sering nggak sadar berapa lama kamu mendengar musik lewat headphone kan? Untuk itu mulai sekarang harus lebih dibatasi ya.
KETIGA
masukkan deskripsi gambar disini
Lebih baik jika kamu beralih menggunakan headphone (yang besar) ketimbang kamu menggunakan earphone (yang kecil). Karna jika kamu menggunakan earphone telinga kamu akan lebih tertutup rapat.
KEEMPAT
masukkan deskripsi gambar disini
Jangan menggunakan earphone ataupun headphone pada saat tidur karena secara tidak sadar kamu akan terus mendengarkan musik pada saat kamu tertidur. Hal ini sering dialami oleh kebanyakan orang dan dalam suatu kasus penggunaan earphone pada saat tidur telah merenggut nyawa.

Berikut ini video bahayanya penggunaan earphone:

Itulah beberapa bahaya penggunaan headphone dan earphone. Semoga setelah membaca ini kamu bisa lebih mempertimbangan dalam penggunaan earphone ataupun headphone ya. Akan lebih baik lagi jika kamu mendengarkan musik menggunakan speaker supaya intensitas suara yang kamu dapatkan lebih kecil daripada menggunakan headset ataupun headphone. Sekian tips dari saya semoga bermanfaat.

Murtad!!! Hal apa saja yang bisa membuat seseorang Murtad

23 Februari, 2017
By:syafii nur ahmad fauzi
CATEGORY: AQIDAH
1398063
Tanya: Dengan apakah seorang itu terjerumus ke dalam kekafiran besar alias murtad? Apakah hanya karena keyakinan, pengingkaran dan pendustaan ataukah lebih luas daripada sekedar hal-hal tadi?
Jawab:
Kekafiran atau murtad itu karena beberapa sebab, bisa dikarenakan mengingkari sesuatu yang sudah diketahui secara pasti sebagai bagian dari agama atau dengan melakukan perbuatan kekafiran, ucapan kekafiran atau karena tidak peduli dan cuek dengan agama Allah.
Jadi ada orang yang batal imannya karena keyakinan semisal berkeyakinan bahwa Allah memiliki istri atau anak. Atau menyakini bahwa Allah memiliki sekutu dalam memiliki atau mengatur alam semesta. Atau menyakini ada makhluk yang memiliki nama, sifat atau perbuatan sebagaimana Allah. Atau menyakini ada suatu makhluk yang berhak disembah atau menyakini bahwa Allah memiliki sekutu dalam rububiyyah. Dengan keyakinan-keyakinan ini seorang itu terjerumus dalam kekafiran besar yang mengeluarkan dari Islam.
Seorang itu juga bisa murtad karena perbuatan semisal bersujud kepada berhala, mempraktekkan ilmu sihir atau melakukan berbagai bentuk kesyirikan seperti berdoa kepada selain Allah, menyembelih hewan untuk selain Allah, bernadzar untuk selain Allah atau berthawaf di selain Ka’bah dalam rangka mendekatkan diri kepada selain Allah. Jadi orang bisa murtad karena perbuatan sebagaimana murtad karena ucapan.
Seorang juga bisa murtad gara-gara ucapan semisal mencaci Allah, mencaci rasulNya, mencaci Islam, atau mengolok-olok Allah, kitabNya, rasulNya, atau agamaNya.
Allah berfirman tentang sekelompok orang dalam perang Tabuk yang mengejek Nabi dan para shahabat
قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُم
Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa (QS at Taubah 65-66).
Dalam ayat ini Allah menetapkan bahwa mereka kafir setelah dulunya beriman, maka ini menunjukkan bahwa kekafiran itu bisa karena perbuatan sebagaimana bisa sebab keyakinan dan bisa dengan ucapan semisal dalam ayat di atas. Orang-orang tersebut kafir gara-gara omongan.
Murtad karena pengingkaran bisa kita nilai sama dengan murtad karena keyakinan. Namun bisa juga kita bedakan. Bedanya yang dimaksud pengingkaran adalah mengingkari hal-hal yang jelas-jelas diketahui secara pasti merupakan bagian dari agama. Misalnya adalah mengingkari sifat rububiyyah atau uluhiyyah untuk Allah, atau mengingkari bahwa Allahlah yang berhak disembah atau mengingkari adanya malaikat tertentu, mengingkari adanya rasul atau kitab suci tertentu, mengingkari ba’ats (bangkit dari kubur), surga, neraka, balasan amal, hisab, mengingkari wajibnya shalat, wajibnya zakat, haji, puasa, berbakti dengan orang tua, silaturahmi dan hal-hal lain yang telah diketahui secara pasti sebagai bagian dari agama yang hukumnya adalah wajib. Demikian pula halnya dengan mengingkari haramnya zina, riba, minum khamr, durhaka dengan orang tua, memutus hubungan kekerabatan, suap dan hal-hal lain yang diketahui secara pasti merupakan bagian dari agama yang hukumnya adalah haram.
Orang juga bisa murtad karena cuek terhadap agama Allah dan meninggalkan atau menolak agama Allah semisal cuek tidak mau mempelajari agama dan tidak mau menyembah Allah. Orang yang semisal ini murtad disebabkan sikap cueknya.
وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنْذِرُوا مُعْرِضُونَ
Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka (QS al Ahqaf:3).
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآياتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ .
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa (QS as Sajdah:22).
Walhasil murtad itu bisa gara-gara pengingkaran, perbuatan, ucapan atau cuek dan tidak peduli.
Orang yang dipaksa untuk mengucapkan ucapan kekafiran atau perbuatan kekafiran itu dimaafkan jika paksaannya adalah paksaan yang menyebabkan tidak ada pilihan lain. Semisal dipaksa oleh seseorang yang bisa mewujudkan ancamannya dengan diancam untuk dibunuh dan orang tersebut memang bisa membunuh. Atau orang tersebut meletakkan pedang dileher orang yang dipaksa. Dalama kondisi semisal ini orang yang dipaksa tadi dimaafkan jika melakukan perbuatan kekafiran atau ucapan kekafiran dengan catatan hatinya tetap mantep dengan keimanan. Jika hatinya mantep dengan kekafiran yang dipaksakan pada dirinya tersebut maka orang yang dipaksa tadi berstatus murtad meskipun dia adalah seorang yang dipaksa.
Seorang yang melakukan kekafiran itu terbagi dalam lima kondisi
1) melakukan perbuatan kekafiran secara serius
2) melakukan perbuatan kekafiran secara main-main
3) melakukan perbuatan kekafiran dalam kondisi ketakutan
4) melakukan perbuatan kekafiran dalam kondisi dipaksa namun hatinya merasa mantep dengan kekafiran. Pelaku kekafiran dalam empat kondisi di atas imannya batal.
5) melakukan perbuatan kekafiran dalam kondisi dipaksa sedangkan hati merasa tetap mantep dengan keimanan. Dalam kondisi kelima ini pelaku kekafiran tidaklah murtad mengingat firman Allah
مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْراً فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ اسْتَحَبُّوا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا عَلَى الْآخِرَةِ وَأَنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah Dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir Padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, Maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.yang demikian itu disebabkan karena Sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir (QS an Nahl 106-107).

Pengaruh Mengeringnya Danau Tiberias bagi umat islam


Ini Fakta! Mulai Mengeringnya Danau Tiberias, Membuat Seluruh Umat Islam Was-was



Danau Tiberias – Tidak lama lagi kiamat akan terjadi, sebentar lagi Dajjal akan keluar dan membuat seluruh manusia kafir, kecuali orang-orang yang Allah Swt kehendaki. Rahasia danau Tiberias tidak bisa ditutup-tutupi, karena itu adalah fakta yang terjadi. Maka dari itu, hal ini harus anda ketahui.

 Apa Itu Danau Tiberias?

tiberias menyusut
Danau Tiberias disebut juga Danau Galilea, Danau Genesaret, Danau Kineret, Danau Kinerot, atau Laut Tiberias (bahasa Ibrani: ים כנרת; bahasa Arab: بحيرة طبرية; bahasa Inggris: Sea of Galilee atau Lake Kinneret atau Lake Gennesaret), terletak dekat Dataran Tinggi Golan, adalah danau air tawar terbesar di Israel. Danau ini memiliki luas sebesar 166 km2 (64 sq mi), dan kedalaman mencapai 43 m (141 kaki). Terletak 211.315 meter (693.29 ft) di bawah permukaan laut, danau ini merupakan danau air tawar terendah di dunia dan danau terendah kedua setelah Laut Mati, yang merupakan danau air asin. Danau ini diairi sebagian dari mata air di bawah tanah, meskipun sumber utamanya adalah sungai Yordan yang mengalir melaluinya dari utara ke selatan.

Apa Pentingnya Bagi Kita?

Mungkin bagi sebagian orang informasi ini dianggap tidak penting bahkan tidak menjadi urusannya. Tapi bagi setiap muslim-mukmin yang peduli dengan tanda-tanda Akhir Zaman informasi ini sangat berharga dan sangat serius. Mengapa?
Karena dalam sebuah hadits panjang yang diriwayatkan oleh Imam Muslim terdapat kata “Danau Tiberias”. Dan hadits tersebut berkaitan erat dengan bakal keluarnya fitnah paling dahsyat sepanjang zaman, yaitu fitnah al-Masih Ad-Dajjal.
Hadits tersebut sangat panjang. Di dalam hadits tersebut dikisahkan bagaimana seorang pelaut Arab Nasrani bernama Tamim Ad-Dari bersama 30 orang awak kapalnya terdampar di sebuah pulau.
Kemudian di dalam pulau itu ia berjumpa dengan seorang lelaki yang menurutnya digambarkan sebagai “orang terbesar yang pernah kami lihat, paling kuat dan tangannya terbelenggu di leher, antara lutut dan mata kakinya terbelenggu besi”. Lalu terjadi dialog antara Tamim Ad-Dari dengan lelaki misterius yang ternyata adalah Al-Masih Ad-Dajjal. Dialog tersebut sebagai berikut:
Ia berkata: Beritahukan padaku tentang kurma Baisan. Kami bertanya: Tentang apanya yang kau tanyakan? Ia berkata: Aku bertanya pada kalian tentang kurmanya, apakah sudah berbuah? Kami menjawab: Ya. Ia berkata: Ingat, ia hampir tidak membuahkan lagi. Ia berkata: Beritahukan padaku tentang danau Thabari (Tiberias). Kami bertanya: Tentang apanya yang kau tanyakan? Ia menjawab: Apakah ada airnya? Mereka menjawab: Airnya banyak. Ia berkata: Ketahuilah, airnya sebentar lagi akan habis.

Ia berkata: Beritahukan padaku tentang mata air Zughar. Mereka bertanya: Tentang apanya yang kau tanyakan? Ia berkata: Apakah disana ada airnya dan apakah penduduknya bercocok tanam dengan air itu? Kami menjawab: Ya, airnya banyak dan penduduknya bercocok tanam dengan air itu. Ia berkata: Beritahukan padaku tentang Nabi orang-orang buta huruf, bagaimana keadaannya? Mereka menjawab: Ia telah muncul dari Makkah dan tinggal di Yatsrib. Ia bertanya: Apakah orang-orang arab memeranginya? Kami menjawab: Ya. Ia bertanya: Apa yang mereka lakukan terhadapnya? Lalu kami memberitahunya bahwa beliau menang atas bangsa arab di sebelahnya dan mereka menaatinya.
Ia bertanya pada mereka: Itu sudah terjadi? Kami menjawab: Ya. Ia berkata: Ingat, sesungguhnya itu baik bagi mereka untuk menaatinya. Aku akan beritahukan pada kalian siapa aku. Aku adalah Al Masih (Ad-Dajjal) dan aku sudah hampir diizinkan untuk keluar lalu aku akan keluar.” (HR. Muslim – 5235)
Berdasarkan hadits di atas berarti Ad-Dajjal telah mengungkap kunci-kunci kejadian yang menjadi indikator kapan ia bakal diizinkan untuk keluar dan menebar fitnah-fitnahnya. Dan salah satu indikator sudah dekatnya saat Ad-Dajjal keluar ialah bilamana air Danau Tiberias telah mengering.
Bagaimana Kondisi Danau Tiberias Saat Ini?
Air dari danau Tiberias merupakan sumber utama air bersih bagi bangsa Yahudi dan pemerintah Zionis Israel. Dewasa ini pemerintah Israel sangat khawatir karena keberadaan air Danau Tiberias sudah kian menipis. Sebagaimana yang diberitakan oleh savethekinneret.com kita akan temukan peringatan dari pemerintah Israel kepada segenap warganya sebagai berikut:
“Danau Kinneret, waduk utama air bersih Israel kian mengering! Bertahun-tahun curah hujandi bawah rata-rata telah menyebabkan level air berada di “garis hitam,” dimana air tidak bakal dapat dipompa lagi tanpa menyebabkan kerusakan parah pada pasokan air secara keseluruhan. Meskipun ada rencana untuk membangun pabrik desalinasi, ia tidak akan beroperasi selama beberapa tahun, sehingga menjadi tugas kita bersama untuk menghemat air!”
kondisi tiberias 2004 sampai 2012
origins.osu.edu
Semenjak tahun 2004 pemerintahan zionis membuat garis merah dan garis hitam untuk mengontrol debit air Danau. Sungguh mengejutkan, semenjak tahun 2004 permukaan Danau mengalami penyusutan setinggi 16 M. Terakhir Menteri Pertanian Zionis menyatakan secara terbuka melalui kantor berita mereka bahwa debit air danau Tiberias mengalami penyusutan yang mengkhawatirkan. Berita ini tentunya tidak saja menjadi ancaman bagi rezim Zionis tetapi juga bagi kita umat Islam, karena penurunan permukaan air danau Tiberias adalah salah satu tanda dekatnya waktu kemunculan Dajjal.
Mantan Mufti Mesir Syaikh Dr. Ali Gomaa menyatakan, danau Tiberias yang mulai surut merupakan tanda kiamat kubra. Danau yang menjadi sumber utama air bersih bagi Israel itu mulai mengering pada 2012 lalu. Pemerintah Israel sempat panik karena danau Tiberias diperkirakan hanya akan bertahan sepuluh tahun. Pada 2022, danau itu diprediksi akan benar-benar kering dan tidak dapat diambil airnya. Karenanya sekarang Israel mencari sumber air di wilayah Lebanon.
Berikut ini adalah berita dari jpost.com (merupakan berita online The Jerusalem Post) yang di lansir pada 02/02/2012.
“Tingkat air di kinneret pada bulan januari naik 55 cm tetapi masih di bawah “bottom red line”. Dari selasa sampai rabu hanya bertambah 2 cm disebabkan turun hujan. Kinneret adalah satu dari tiga sumber air utama, dua lainnya adalah gunung dan pantai akuifer. Secara total, negara ini memiliki sekitar 2 miliar meter kubik air, jumlah yang setara dengan konsumsi semua rumah tangga di Israel selama tiga tahun.”
Bayangkan di tahun 2012 saja danau Tiberias telah menysut 16 meter dari kedalaman 43 meter. Ini merupakan penyusutan yang sangat signifikan. Bahkan dasar danau yang menyerupai bukit sudah mulai terlihat. Inilah mengapa ulama-ulama timur tengah sedih dan was-was karena sebentar lagi fitnah yang paling dahsyat akan melanda seluruh umat manusia di bumi. Ialah fitnah Al-Masih Dajjal sebagaimana yang telah Rasulullah Saw jelaskan.
Ustadz Zulkifli Muhammad Ali, Lc. Selalu dalam ceramahnya mengingatkan kita sebagaimana sabda Rasulullah Saw yaitu “Badiruu bil a’maali al-shaalih” yang artinya bersegeralah (berlomba-lombalah) dalam mengerjakan amal shalih, terutama saat masa-masa fitnah (pergolakan umat islam di Syiria, Palestina, Lebanon, dsb). Karena amal shaleh itu Insya Allah dapat menyelamatkan kita disaat kondisi genting, terutama saat fitnah Dajjal itu terjadi.
Sekarang luangkan waktu sejenak untuk menyaksikan penjelasan Ustadz Zulkifli Muhammad Ali, Lc tentang tanda-tanda hari kiamat, khususnya berkenaan dengan fenomena mulai mengeringnya danau tiberias.
Kiamat sudah dekat, kemunculan Dajjal semakin dekat. Mungkinkah kita akan mengalaminya? Wallahu’alam.

Berikut ini penampakan danau Tiberias yang mulai menyusut.
danau tiberias menyusut
islam-ku.id
Foto-foto danau Tiberias  dahulu dan sekarang (tahun 2012)
danau tiberias
Bagaimana kondisi danau tiberias 2017? Sudah semakin dekat kehancuran bumi ini.
Saksikanlah! Berita luar negri, menyatakan kepanikan orang-orang akan danau tiberias atau galilee yang mulai mengering

Sabtu, 04 Februari 2017

Sejarah Singkat Khulafaur Rasyidin

Sejarah Singkat Khulafaur Rasyidin


Khulafaur Rasyidin



Khulafaur Rasyidin (bahasa Arab: الخلفاء الراشدون) atau Khalifah Ar-Rasyidin adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam, yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Empat orang tersebut adalah para sahabat dekat Muhammad SAW yang tercatat paling dekat dan paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya di saat masa kerasulan Muhammad SAW. Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam.

Prosedur pemilihan terhadap masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda, hal tersebut terjadi karena para sahabat menganggap tidak ada rujukan jelas yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad SAW tentang cara pemilihan / suksesi kepemimpinan Islam sepeninggal beliau SAW. Namun penganut paham Syi'ah meyakini bahwa Muhammad SAW dengan jelas menunjuk Ali bin Abi Thalib (khalifah ke-4) dan keturunan beliau SAW dari garis Ali bin Abi Thalib lah yang akan meneruskan kepemimpinannya atas umat Islam, mereka merujuk kepada salah satu hadits Ghadir Khum.

Secara resmi istilah Khulafaur Rasyidin merujuk pada empat orang khalifah pertama Islam, namun sebagian ulama menganggap bahwa Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang memperoleh petunjuk tidak terbatas pada keempat orang tersebut di atas, tetapi dapat mencakup pula para khalifah setelahnya yang kehidupannya benar-benar sesuai dengan petunjuk al-Quran dan sunnah. Salah seorang yang oleh kesepakatan banyak ulama dapat diberi gelar khulafaur rasyidin adalah Umar bin Abdul-Aziz, khalifah Bani Umayyah ke-8.

Para Khalifah Ar Rasyidin :

Abu Bakar Ash-Shiddiq

Abu Bakar ash-Shiddiq (573 - 634 M, menjadi khalifah 632 - 634 M) lahir dengan nama Abdus Syams, "Abu bakar" adalah gelar yang diberikan masyarakat muslim kepadanya. Nama aslinya adalah Abdullah bin Abi Quhafah". Ia mendapat gelar "as-Shiddiq" setelah masuk Islam. Nama sebelum muslim adalah "Abdul Ka'bah". Ibunya bernama "Salma Ummul Khair", yaitu anak dari paman "Abu Quhafah". Abu Bakar adalah khalifah pertama Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Ia adalah salah seorang petinggi Mekkah dari suku Quraisy. Setelah memeluk Islam namanya diganti oleh Muhammad menjadi Abu Bakar. Ia digelari Ash- Shiddiq yang berarti yang terpercaya setelah ia menjadi orang pertama yang mengakui peristiwa Isra' Mi'raj.

Ia juga adalah orang yang ditunjuk oleh Muhammmad SAW untuk menemaninya hijrah ke Yatsrib. Ia dicatat sebagai salah satu Sahabat Muhammad SAW yang paling setia dan terdepan dalam melindungi para pemeluk Islam bahkan terhadap sukunya sendiri.

Ketika Muhammad SAW sakit keras, Abu Bakar adalah orang yang ditunjuk olehnya untuk menggantikannya menjadi Imam dalam Shalat. Hal ini menurut sebagian besar ulama merupakan petunjuk dari Nabi Muhammad SAW agar Abu Bakar diangkat menjadi penerus kepemimpinan Islam jika beliau SAW meninggal. Ketika Nabi Muhammad SAW meninggal, terjadi perdebatan siapa yang akan meneruskan kepemimpinan Islam selama 3 hari lamanya, yang akhirnya menghasilkan keputusan bersama umat Islam saat itu, Abu Bakar diangkat sebagai pemimpin pertama umat Islam sepeninggal Muhammad SAW. Abu Bakar memimpin selama dua tahun dari tahun 632 M sejak kematian Muhammad SAW hingga tahun 634 M.

Selama dua tahun masa kepemimpinan Abu Bakar, masyarakat Arab di bawah Islam mengalami kemajuan pesat dalam bidang sosial, budaya dan penegakan hukum. Selama masa kepemimpinannya pula, Abu Bakar berhasil memperluas daerah kekuasaan Islam ke Persia, sebagian Jazirah Arab hingga menaklukkan sebagian daerah kekaisaran Bizantium. Abu Bakar meninggal saat berusia 61 tahun pada tahun 634 M akibat sakit yang dialaminya.

Abu Bakar menjadi khalifah hanya selama dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu terjadi masalah dalam negeri terutama tantangan yang disebabkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad SAW, dengan sendirinya batal setelah Nabi SAW wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid bin Al-Walid adalah panglima yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini.
Kekuasaan pada masa Khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah SAW, bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan as-sunnah. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.

Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Jazirah Arabia. Khalid bin Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai wilayah al-Hirah pada tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat panglima yaitu Abu Ubaidah ibnul Jarrah, Amr ibnul 'Ash, Yazid bin Abi Sufyan dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah bin Zaid yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid bin Walid diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia sampai ke Syria.

Umar Bin Khattab

Umar bin Khattab (586/590 - 644 M, menjadi khalifah 634 - 644 M) adalah khalifah ke-2 dalam sejarah Islam. pengangkatan umar bukan berdasarkan konsensus seperti Abu Bakar tetapi berdasarkan surat wasiat yang ditinggalkan oleh Abu Bakar. Hal ini tidak menimbulkan pertentangan berarti di kalangan umat Islam saat itu karena umat muslim saat itu sangat mengenal Umar sebagai orang yang paling dekat dan paling setia membela ajaran Islam. Hanya segelintir kaum, yang kelak menjadi golongan Syi'ah, yang tetap berpendapat bahwa seharusnya Ali bin Abi Thalib lah yang seharusnya menjadi khalifah. Umar memerintah selama sepuluh tahun dari tahun 634 hingga 644.

Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mewasiatkan agar tongkat kepemimpinan Islam diserahkan kepada Umar bin Khatthab sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mu'minin (petinggi orang-orang yang beriman).

Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan 'Amr bin 'Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad bin Abi Waqqash. Iskandariah (Alexandria), ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar Radhiallahu ‘anhu, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.

Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan membuat tahun hijiah.

Umar memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang Zoroastrianis, budak Fanatik dari Persia bernama Abu Lu'lu'ah. Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang di antaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa'ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin 'Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah, melalui proses yang agak ketat dengan Ali bin Abi Thalib.

Utsman Bin Affan

Utsman bin Affan dilahirkan pada tahun 573 M pada sebuah keluarga dari suku Quraisy bani Umayah. Nenek moyangnya bersatu dengan nasab Nabi Muhammad SAW pada generasi ke-5. Sebelum masuk Islam ia dipanggil degan sebutan Abu Amr. Ia begelar Dzunnurain, karena menikahi dua putri Nabi SAW. Utsman bin Affan menjadi khalifah 644-655 M dan merupakan khalifah ke-3 dalam sejarah Islam. Umar bin Khattab tidak dapat memutuskan bagaimana cara terbaik menentukan khalifah penggantinya. Segera setelah peristiwa penikaman dirinya oleh Fairuz, seorang majusi persia, Umar mempertimbangkan untuk tidak memilih pengganti sebagaimana dilakukan Rasulullah. Namun Umar juga berpikir untuk tidak meninggalkan wasiat seperti yang pernah dilakukan Abu Bakar. Umar bin Khattab lebih memilih untuk menunjuk enam orang Sahabat sebagai Dewan Formatur yang bertugas untuk memilih khalifah baru. Keenam Orang itu adalah Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Prosedur suksesi ini memutuskan Utsman bin Affan sebagai khalifah baru pengganti Umar bin Khattab.

Di masa pemerintahan Utsman, Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini.

Pemerintahan Utsman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Utsman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Selain itu tercatat dalam sejarah seseorang bernama Abdullah bin Saba’ Al-Yamani salah seorang yahudi yang berpura-pura masuk Islam membuat hasutan dan fitnah kepada masyarakat Islam untuk menjatuhkan Utsman bin Affan. Ibnu Saba’ ini gemar berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya untuk menyebarkan fitnah kepada kaum muslimin yang baru masa keislamannya. Akhirnya pada tahun 35 H/655 M, Utsman bin Affan dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang berhasil dihasut oleh Abdullah bin Saba’.

Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat berburuk sangka terhadap kepemimpinan Utsman adalah kebijaksanaannya mengangkat anggota keluarganya untuk menjabat posisi strategis. Yang terpenting di antaranya adalah Marwan bin Hakam Rahimahullah. Masyarakat pada masa itu melihat Marwan lah yang sebenarnya menjalankan roda pemerintahan, sedangkan Utsman bin Affan hanya menyandang gelar Khalifah saja. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting, Utsman terlihat seperti boneka di hadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya yang menjalankan roda pemerintahan, sehingga Utsman bin Affan dianggap lepas kendali terhadap beberapa kebijakan kerabatnya yang tidak disukai rakyat. Kondisi itulah yang dimanfaatkan Abdullah bin Saba’ untuk menebar fitnah dan hasutan kepada masyarakat untuk menjatuhkan Utsman, dan pada akhirnya Utsman bin Affan terbunuh oleh orang-orang yang termakan hasutan Abdullah bin Saba'. Meskipun begitu Utsman tercatat berjasa dalam membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Pada masa pemerintahannya tercatat Utsman banyak membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah.

Ali bin Abi Thalib

‘Alī bin Abī Thālib (Arab: علي بن أﺑﻲ طالب, Persia: علی پسر ابو طالب) (lahir sekitar 13 Rajab 23 Pra Hijriah/599 – wafat 21 Ramadan 40 Hijriah/661), adalah salah seorang pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi Muhammad. Menurut Islam Sunni, ia adalah Khalifah terakhir dari Khulafaur Rasyidin (655-661M). Sedangkan Syi'ah berpendapat bahwa ia adalah Imam sekaligus Khalifah pertama yang dipilih oleh Rasulullah Muhammad SAW. Ali adalah sepupu dari Muhammad SAW, dan setelah menikah dengan Fatimah az-Zahra, ia menjadi menantu Muhammad SAW.
Ketika para pemberontak terus mengepung rumah Utsman. Ali bin Abi Thalib memerintahkan ketiga puteranya, Hasan, Husain dan Muhammad bin Ali al-Hanafiyah mengawal Utsman dan mencegah para pemberontak memasuki rumah. Namun kekuatan yang sangat besar dari pemberontak akhirnya berhasil menerobos masuk dan membunuh Khalifah Utsman bin Affan.

Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Pada masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Masa pemerintahannya dapat dikatakan yang paling tidak stabil diantara para Khulafaur Rasyidin. Hal ini dikarenakan banyaknya masalah pelik yang bergejolak di dalam negeri sehingga memaksa khalifah Ali untuk menghabiskan waktu dan usahanya meredam pergolakan tersebut.

Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali menon-aktifkan para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.

Tidak lama setelah itu, Ali bin Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zhalim. Ali enggan memberi hukuman dikarenakan ia enggan adanya peperangan sesama umat Islam. Dia lalu mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak, akibat tidak ada kata sepakat maka pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta. Peperangan ini dimenangkan pihak Ali, sedangkan dari pihak Aisyah, dua sahabat Nabi, Zubair dan Thalhah harus meregang nyawa. Aisyah kemudian ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.

Bersamaan dengan itu, ada beberapa kebijakan khalifah Ali yang mengakibatkan timbulnya perlawanan dari para gubernur di Damaskus, Mu'awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi karena merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan oleh khalifah Ali. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu'awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama Perang Shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan munculnya golongan ketiga, kaum Khawarij, yaitu orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik besar yang mengguncang kekhalifahan Ali, yaitu Mu'awiyah, Syi'ah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-yahudu) yang menyusup pada barisan tentara Ali, dan al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu'awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (661 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam.

Kekhalifahan Setelah Era Khulafaur Rasyidin

Kedudukan khalifah kemudian dijabat oleh purta Ali yaitu Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan menginginkan perdamaian dan menghindari pertumpahan darah, maka Hasan menyerahkan jabatan kekhalifahan kepada Muawiyah bin Abu Sufyan. Dan akhirnya penyerahan kekuasaan ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Di sisi lain, penyerahan itu juga menyebabkan Mu'awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 661M, tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama'ah ('am jama'ah) Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa Khulafa'ur Rasyidin, dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.
Pada masa kekhilafahan Bani Umayyah wilayah kekuasaan Islam berkembang sangat luas. Ekspansi ke negeri-negeri yang sangat jauh dari pusat kekuasaannya terjadi dalam waktu tidak lebih dari setengah abad. Hal ini merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah mempunyai pengalaman politik yang memadai. Faktor-faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat antara lain adalah:
  1. Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
  2. Dalam dada para sahabat, tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) ke seluruh penjuru dunia. Semangat dakwah tersebut membentuk satu kesatuan yang padu dalam diri umat Islam.
  3. Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu, mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi peperangan antara keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing.
  4. Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya kemerdekaan beragama bagi rakyat. Rakyat tidak senang karena pihak kerajaan memaksakan aliran yang dianutnya. Mereka juga tidak senang karena pajak yang tinggi untuk biaya peperangan melawan Persia.
  5. Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya untuk masuk Islam.
  6. Bangsa Sami di Syria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka daripada bangsa Eropa, Bizantium, yang memerintah mereka.
  7. Mesir, Syria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu membantu penguasa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.
Pada masa Abu Bakar sampai kepada Ali bin Abi Thalib, kekhilafahan dinamakan sebagai periode Khilafah Rasyidah. Para khalifahnya disebut al-Khulafa' al-Rasyidun, (khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk). Ciri masa ini adalah para khalifah betul-betul merujuk teladan Nabi SAW. Setelah periode Khilafah Rasyidah, pemerintahan Islam berbentuk kerajaan / kesultanan. Layaknya sistem kerajaan pada umumnya, pada masa ini kekuasaan diwariskan secara turun temurun.